SELAMAT DATANG PARA SAHABAT BLOGGER DI BLOG SEDERHANA KAMI "MP" DAARUTTHOLABAH79.BLOGSPOT.COM.BLOG DARI SEORANG WNI YANG BERHARAP ADA PEMIMPIN DI NEGERI INI,BAIK SIPIL/MILITER YANG BERANI MENGEMBALIKAN PANCASILA DAN UUD 1945 YANG MURNI DAN KONSEKUEN TANPA EMBEL-EMBEL AMANDEMEN SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP RAKYAT INDONESIA...BHINNEKA TUNGGAL IKA JADI KESEPAKATAN BERBANGSA DAN BERNEGARA,TOLERANSI DAN KESEDIAAN BERKORBAN JADI CIRINYA...AMIIN

Rabu, 30 Maret 2016

PONPES (API) TEGALREJO MAGELANG

SEKELUMIT SEJARAH PONPES (API) TEGALREJO MAGELANG

  Hasil gambar untuk ponpes api tegalrejo magelang

Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo didirikan pada tanggal 15 September 1944 oleh KH. Chudlori yaitu seorang ulama yang juga berasal dari desa Tegalrejo. Beliau adalah menantu dari KH. Dalhar pengasuh Pondok Pesantren ”DAARUSSALAM” Watucongol Muntilan Magelang. KH. Chudlori mendirikan Pondok Pesantren di Tegalrejo pada awalnya tanpa memberikan nama sebagaimana layaknya Pondok Pesantren yang lain. Baru setelah berkali-kali beliau mendapatkan saran dan usulan dari rekan seperjuangannya pada tahun 1947 di tetapkanlah nama Asrama Perguruan Islam (API). Nama ini ditentukannya Beliau sendiri yang tentunya merupakan hasil dari sholat Istikharoh. Dengan lahirnya nama Asrama Perguruan Islam, beliau berharap agar para santrinya kelak di masyarakat mampu dan mau menjadi guru yang mengajarkan dan mengembangkan syariat-syariat Islam.
Adapun yang melatar belakangi berdirinya Asrama Perguruan Islam adalah adanya semangat jihad ”Li i’Lai kalimatillah” yang mengkristal dalam jiwa sang pendiri itu sendiri. Dimana kondisi masyarakat Tegalrejo pada waktu itu masih banyak yang berlumuran dengan perbuatan-perbuatan syirik dan antipati dengan tata nilai sosial yang Islami. Respon Masyarakat Tegalrejo atas didirikannya Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam Tegalrejo pada waktu itu sangat memprihatinkan.
Karena pada saat itu masyarakat masih kental dengan aliran kejawen. Tidak jarang mereka melakukan hal-hal yang negatif yang mengakibatkan berhentinya kegiatan ta’lim wa-taa’llum (kegiatan belajar-mengajar). Sebagai seorang ulama yang telah digembleng jiwanya bertahun-tahun di berbagai pesantren, KH. Chudlori tetap tegar dalam menghadapi dan menangani segala hambatan dan tantangan yang datang.

Hasil gambar untuk ponpes api tegalrejo magelang

 (ALMUASSISKH KHUDHORI,KH ABDURROHMAN CH,BP AHMAD MUHAMMAD CH)
 
Berkat ketegaran dan keuletan KH. Chudlori dalam upayanya mewujudkan Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam baik secara dhohir maupun batin. Santri yang pada awal berdirinya hanya berjumlah delapan, tiga tahun kemudian sudah mencapai sekitar 100-an. Prestasi ini jika di identikan dengan prestasi para pendiri pondok pesantren dalam era kemajuan ini, barang kali biasa-biasa saja. Akan tetapi kalau melihat situasi serta kondisi serta sistem sosial yang berlaku pada saat itu sungguh prestasi KH. Chudlori merupakan prestasi yang lebih. Aksi negatif masyarakat seputar setelah tiga tahun API berdiri semakin mereda, bahkan diantara mereka yang semula antipati ada yang berbalik total menjadi simpati dan ikhlas menjadi pendukung setia dengan mengorbankan segala dana dan daya yang ada demi suksesnya perjuangan KH. Chudhori.
Akan tetapi di luar dugaan dan perhitungan pada awal tahun 1948 secara mendadak API diserbu Belanda tepat pada “Kles II”. Gedung atau fisik API yang sudah ada pada waktu itu diporak porandakan. Sejumlah 36 kitab termasuk Kitab milik KH. Chudhori dibakar hangus, sementara santri-santri termasuk KH.Chudhori mengungsi ke suatu desa yang bernama Tejo kecamatan Candimulyo. Kegiatan taklim wa-taalum nyaris terhenti.
Pada penghujung tahun 1949 dimana situasi nampak aman KH.Chudhori kembali mengadakan kegiatan taklim wa-taalum kepada masyarakat sekitar dan santripun mulai berdatangan terutama yang telah mendengar informasi bahwa situasi di Tegalrejo sudah normal kembali, sehingga KH.Chudhori mulai mendirikan kembali API lagi di tempat semula. Semenjak itulah API berkembang pesat seakan bebas dari hambatan, sehingga mulai tahun 1977 jumlah santri sudah mencapai sekitar 1500-an.
Inilah puncak prestasi KH.Chudhori di dalam membawa API ke permukaan umat. Adalah merupakan suratan taqdir, dimana pada saat API sedang berkembang pesat dan melambung ke atas, KH.Chudhori dipanggil kerahmatullah (wafat), sehingga kegiatan taklim wat-Taalum terpaksa diambil alih oleh putra sulungnya (KH. Abdurrohman Ch) dibantu oleh putra Keduanya (Bp. Achmad Muhammad Ch).
Peristiwa yang mengharukan ini terjadi pada penghujung tahun 1977. Sudah menjadi hal yang wajar bahwa apabila di suatu pondok pesantren terjadi pergantian pengasuh, grafik jumlah santri menurun. Demikian juga API pada awal periode KH. Abdurrohman Ch jumlah santri menurun drastis, sehingga pada tahun 1980 tinggal sekitar 760-an. Akan tetapi nampak keuletan dan kegigihan KH.Chudhori telah diwariskan kepada KH. Abdurrohman Ch, sehingga jumlah santri bisa kembali meningkat sampai pada tahun 1982 menurut catatan sekretaris mencapai 2698 santri.
Disini perlu dimaklumi oleh pembaca bahwa dari awal berdirinya hingga sekarang, API hanya menerima santri putra. Meskipun usulan dan saran dari berbagai kalangan saling berdatangan, namun belum pernah terpikirkan secara serius untuk mendirikan pondok pesantren putri hingga saat itu. Hal ini dapat dimaklumi karena faktor sarana dan prasarananya kurang mendukung terutama persediaan air bersih dan tanah lokasi. Dan Baru ada Santri Putri pada tahun 2000an
ALMARHUM (allohu yarhamhu) KH Abdurrahman Wahid. Mantan ketua Tanfidz PBNU dan Presiden RI, tercatat sebagai salah seorang alumni PP ini.
Adapun program pendidikan (salaf) yang diselenggarakan sejak dahulu menggunakan sistem klasikal. Bentuk pendidikan yang ada berupa madrasah yang terdiri dari 7 kelas. Kurikulum yang dipakai di kelas 1 sampai kelas terakhir secara berjenjang mempelajari khusus ilmu agama, baik itu fikih, aqidah, akhlaq, tasawuf dan ilmu alat (nahwu dan sharaf) yang semuanya dengan kita berbahasa Arab. Kitab-kitab yang diajarkan di bidang fikih antara lain safinatun- Najah, fathul Qarib, Minhajul Qowim, Fathul Wahhab, al- Mahalli, Fathul Mu’in, dan Uqdatul-Farid. Di bidang ushul fiqh antara lin Faraidul – Bahiyah. Di bidang tauhid antara lain ‘Aqidatul ‘Awam. Dan dibidang akhlaq / Tasawwuf antara lin kitab Ihya Ulumuddin. Kelas satu sampai dengan tujuh di PP Tegalrejo, oleh masyarkat lebih dikenal dengan nama kitab yang dipelajari , seperti di tingkat I dikenal Jurumiyah Jawan, tingkat II dengan nama Jurumiyah, tingkat III dengan nama Fathul Qarib, tingkat IV dengan Alfiyah, tingkat V dengan Fathul Wahab, tingkat VI dengan Al Mahalli, tingkat VII dengan Fathul Mu’in dan di tingkat VIII dengan Ihayah Ulumuddin 2. Kegiatan Ekstarkulikuler Sejak tahun 1993, PP Tegalrejo juga aktif setiap bulan Ramadhan mengirimkan santri seniornya ke daerah-daerah yang membutuhkan dai/mubaligh. Daerah yang sering mengajukan permintaan antara lain Gunung Kidul, Wonogiri,Bojonegoro, Sragen dan Banyumas. Dilingkungan PP ini juga diselenggarakan Bahtsul masail, yakni pembahasan masalah-masalah yang sedang aktual di tengah-tengah masyarakat.
Kegiatan lainnya adalah Jam’iyatul Quro, yakni membaca Al Qur’an secara bersama-sama. Juga “Khitobah Komplek” yaitu latihan pidato guna bekal santri berdakwah di tengah-tengah masyarakat di kemudian hari saat sudah lulus.
Ada jugapengajian rutin setiap hari Senin di Masjid Jami, Al Muhajirin Tegalrejodan ini dikenal dengan nama acara Pengajian Seninan Yang di hadiri oleh ribuan orang,bukan cuma dari tegalrejo,namun juga ada yang dari magelang dan kota-kota sekitarnya seperti TEMANGGUNG,PARAKAN,KEBUMEN,JUGA PURWOREJO.
Adapun Untuk Para Alumni Yang Sudah Muqim ada Pertemuan digelar setiap 35 hari sekali, yaitu pada malam Ahad Kliwon. Acara ini juga lebih dikenal sebagai acara Selapanan/Alumninan.
Kini setelah wafatnya Almukarrom KH ABDURROHMAN CHDAN JUGA BP AHMAD MUHAMMAD CH,Pesantren API Dipegang oleh adik-adik,Di bantu para menantu dan para putra "BELIAU BERDUA".
Dan Sekarang Dibawah kepemimpinan KH MUDRIK CH DAN KH CHANIF CH,jumlah santri di Pesantren API Tegalrejo Magelang justru semakin bertambah,sehingga memaksa para Pengasuh menambah ruang lokal baru juga kamar untuk asrama santri.yang kini berjumlah tidak kurang dari 3000 santri putra dan 1000 santri putri.
Semoga kedepan API TEGALREJO MAGELANG Tetap eksis dalam mencetak kader-kader militan pengayom masyarakat ketika berkecimpung di dalamnya
AAMIIN.
PONPES API TEGALREJO MAGELANG KINI
Sejarah pertumbuhan pesantren memang tumbuh menjadi bagian dari penyelesaian masalah di masyarakat. ”Jadi ketika mengajarkan agama pun, agama yang menjadi bagian yang menjadi solusi di masyarakat. Kyai berperan sebagai makelar budaya. Mendialogkan budaya-budaya baru yang datang dari luar, disaring dulu dan mengembangkan apa yang positif dan mengurangi yang negatif.” Pesantren Tegalrejo mampu menjawab tantangan zaman. Ini karena pesantren itu serupa dengan pesantren-pesantren sebelumnya yang tumbuh lantaran komitmennya menjaga pertumbuhan bangsa.
Namun, ponpes Tegalrejo tak lantas menutup diri dengan realita dan tuntutan masyarakat. Hingga akhirnya pesantren ini membuka pendidikan formal mulai dari jenjang SD hingga SMK. Meski begitu santri pesantren Salaf tak begitu saja ditinggalkan.
Modernitas pesantren Tegalrejo dibuktikan dengan adanya Radio yang mereka kelola. Radio bernama Fast FM itu berhasil mencakup empat Kabupaten, yakni: Temanggung, Purworejo, Megelang, dan sekitar Yogyakarta. ”Kami menyapa jemaah di luar pesantren tiap pagi dan terus mengajak mereka menuntut ilmu,” ungkap Pemimpin pesantren Tegalrejo Gus Yusuf Chudlori. Radio Fast FM, imbuh Gus Yusuf, menjadi sarana komunikasi pesantren dengan masyarakat. Interaktif mengudara saban hari, mulai dari tanya jawab tentang fiqih hingga persoalan kemasyarakatan. ”Setahun belakangan isu yang muncul di masyarakat adalah soal pengangguran,” jelas Gus Yusuf. Menyikapi permasalahan itu, ponpes Tegalrejo kembali menggeliat. Materi enterpreneurship pun menjadi solusi atas kegundahan masyarakat. Tak ingin menambah jumlah pengangguran. Begitu yang diungkapkan Gus Yusuf. ”Rosululloh adalah ekonom. Ini yang sedang kita kembangkan lagi agar santri bisa kembali ke masyarakat,” kata Gus Yusuf.
Wassalam

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar