SELAMAT DATANG PARA SAHABAT BLOGGER DI BLOG SEDERHANA KAMI "MP" DAARUTTHOLABAH79.BLOGSPOT.COM.BLOG DARI SEORANG WNI YANG BERHARAP ADA PEMIMPIN DI NEGERI INI,BAIK SIPIL/MILITER YANG BERANI MENGEMBALIKAN PANCASILA DAN UUD 1945 YANG MURNI DAN KONSEKUEN TANPA EMBEL-EMBEL AMANDEMEN SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP RAKYAT INDONESIA...BHINNEKA TUNGGAL IKA JADI KESEPAKATAN BERBANGSA DAN BERNEGARA,TOLERANSI DAN KESEDIAAN BERKORBAN JADI CIRINYA...AMIIN

Sabtu, 23 Juli 2016

KENDUREN,MEDIA KERUKUNAN MASYARAKAT JAWA

Ilustrasi: bukasayap

Ilustrasi: bukasayap
SATU ciri kehidupan dalam masyarakat di Jawa lekat dengan ciri gemeinschaft atau paguyuban. Kehidupan antarwarga berlangsung harmonis, rekat antarsatu sama lain, dan penuh kehangatan.
Untuk melanggengkan sifat-sifat bermasyarakat itulah, tradisi kenduren atau kenduri masih dilestarikan hingga hari ini. Meski kenduren merupakan hasil akulturasi Islam dan Jawa, namun kebersamaan yang terjalin di dalamnya tetap tidak berubah.
Tradisi kenduren ini diperkirakan berakar dari pengungsi Campa yang beragama Islam. Peristiwa yang terjadi pada rentang waktu antara tahun 1446 hingga 1471 masehi itu rupanya memberikan kontribusi yang tidak kecil bagi terjadinya perubahan sosio-kultural religius di Majapahit khususnya, dan di pulau Jawa pada umumnya.
Kenduren biasanya dilakukan setelah ba’da isya, dan disajikan sebuah nasi tumpeng dan besek (tempat yang terbuat dari anyaman bambu bertutup, bentuknya segi empat yang dibawa pulang oleh seseorang dari acara selametan atau kenduri) untuk tamu undangan.
Kenduren memiliki nama-nama khusus, sesuai dengan niat penyelenggara. Contohnya kenduren Wetonan (wedalan) yang bermakna kenduren yang digelar pada hari lahir seseorang (weton), kenduren Likuran yang digelar pada tanggal 21 bulan Ramadhan dan dilakukan untuk memperingati turunnya Al-Qur’an atau Nuzulul Quran, dan kenduren Ba’dan yang digelar pada 1 Syawal atau saat hari Raya Idul Fitri yang bertujuan untuk menurunkan arwah leluhur ke tempat peristirahatannya.
Meski terkesan sederhana, namun nyatanya tradisi kenduren masih dipertahankan hingga saat ini. Selain sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, tradisi ini juga memiliki dampak positif bagi kehidupan sosial masyarakat.
(Fadhil Nugroho/CN41/SMNetwork)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar