SELAMAT DATANG PARA SAHABAT BLOGGER DI BLOG SEDERHANA KAMI "MP" DAARUTTHOLABAH79.BLOGSPOT.COM.BLOG DARI SEORANG WNI YANG BERHARAP ADA PEMIMPIN DI NEGERI INI,BAIK SIPIL/MILITER YANG BERANI MENGEMBALIKAN PANCASILA DAN UUD 1945 YANG MURNI DAN KONSEKUEN TANPA EMBEL-EMBEL AMANDEMEN SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP RAKYAT INDONESIA...BHINNEKA TUNGGAL IKA JADI KESEPAKATAN BERBANGSA DAN BERNEGARA,TOLERANSI DAN KESEDIAAN BERKORBAN JADI CIRINYA...AMIIN

Rabu, 30 Maret 2016

WAHABI-ISIS

Sebagaimana yang tercantum dalam kitab beliau al-Imam an-Nawawi salah satu Ulama besar yang memiliki banyak karya menjadi rujukan Ummat Islam seluruh dunia. Banyak fatwa beliau yang mungkin menyakitkan hati wahabi, diantara yang paling menohok aqidah wahabi adalah dalam  Syarah Shahih Muslim, disebutkan dengan gamblang seperti berikut :

 أن البدع خمسة أقسام واجبة ومندوبة ومحرمة ومكروهة ومباحة

“Sesungguhnya bid’ah terbagi menjadi lima (5) macam : (1) bid’ah yang wajib, (2) mandzubah “bid’ah yang sunnah”, (3) muharramah “bid’ah yang haram”, (4) makruhah “bid’ah yang makruh”, dan (5) mubahah “bid’ah yang mubah”” [Syarh An-Nawawi ‘alaa Shahih Muslim, Juz 7, hal 105]

Fatwa Imam Nawawi diatas membuat “Tudingan” wahabi terhadap Umat Islam tidak mempunyai kekuatan, bahkan sangat “Rapuh” dan terlihat wahabi tidak mempunyai kapasitas Ilmu dalam Islam. Diantara Fatwa Imam Nawawi yang paling menyakitkan aqidah wahabi adalah ketika Imam Nawawi menjelaskan Ayat Al-Qur’an  (QS. An-Nisaa’ : 64). Penjelasan Imam Nawawi ini membuat wahabi terbakar bagaikan syaitan saat mendengar Adzan. Ini Ayat jelas-nya :   

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا
“Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa’: 64) 
Al-Imam An-Nawawi menjelaskan Ayat ini :
عن العُتْبي، قال: كنت جالسا عند قبر النبي صلى الله عليه وسلم، فجاء أعرابي فقال: السلام عليك يا رسول الله، سمعت الله يقول: { وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا } وقد جئتك مستغفرا لذنبي مستشفعا بك إلى ربي ثم أنشأ يقول : يا خيرَ من دُفنَت بالقاع أعظُمُه … فطاب منْ طيبهنّ القاعُ والأكَمُ نَفْسي الفداءُ لقبرٍ أنت ساكنُه … فيه العفافُ وفيه الجودُ والكرمُ ثم انصرف الأعرابي فغلبتني عيني، فرأيت النبي صلى الله عليه وسلم في النوم فقال: يا عُتْبى، الحقْ الأعرابيّ فبشره أن الله قد غفر له
Dari Al-‘Utbiy. Ia (Al-‘Utbiy) berkata : “Aku pernah duduk di sisi kubur Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Lalu datanglah seorang Arab baduwi yang berkata : ‘Assalaamu ‘alaika yaa Rasuulallaah (salam sejahtera bagimu wahai Rasulullah). Aku telah mendengar firman Allah : Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang (QS. An-Nisaa’ : 64). Dan sungguh aku datang kepadamu sebagai orang yang meminta ampun atas dosaku meminta pertolongan melalui perantaraanmu kepada Rabb-ku’. Kemudian ia mengucapkan : Wahai sebaik-baik manusia yang jasadnya dikuburkan di dalam tanah, Menjadi harumlah tanah dan bukit karenanya, Jiwaku sebagai penebus bagi kubur yang engkau tempati, Di dalamnya ada kesucian, kemurahan, dan kemuliaan

Orang Baduwi itu lantas pergi. Kemudian aku ngantuk dan tertidur. Aku melihat (dalam mimpi) Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Wahai ‘Utbiy, kejarlah orang Arab baduwi itu, dan kabarkanlah kepadanya bahwa Allah telah mengampuni dosa-dosanya”. Al-Imam An-Nawawi dalam (Al-Adzkar lin-Nawawi hal. 233-234).

Wahabi Membuat Cerita Dusta Atas Nama Imam Nawawi

Setidaknya ada dua [2] fitnah Wahabi terhadap Imam Nawawi yang saling bertolak-belakang, yaitu tuduhan sesat dan tuduhan taubat. Dan sudah banyak yang  Membongkar Kitab Rekayasa Wahabi Yang Dinisbahkan Kepada Imam Nawaw Ulama besar ini, adapun fitnah itu :

[1]. Tuduhan sesat kepad Imam Nawawi yang masyhur adalah mengenai kitab adzkar, dan tuduhan yang dilakukan oleh “Muhammad bin Shalih al-Utsaimin” dalam kitab nya Liqa’ al-Bab al-Maftuh bahwa Imam Nawawi bukan Ahlus Sunnah Waljama’ah, ketika Syaikh Utsaimin ditanya tentang status Imam Nawawi: “Apakah Ibn Hajar al-‘Asqalani dan an-Nawawi dari golongan Ahlussunnah atau bukan?”.
Syaikh ‘Utsaimin menjawab : “Dilihat dari metode keduanya dalam menetapkan Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah maka keduanya bukan dari golongan Ahlussunnah”. (Lihat buku dengan judul Liqa al-Bab al-Maftuh, cet. Dar al-Wathan, Riyadl, 1414 H, h. 42).
tuduhan ini memang sudah lumrah, karena setiap yang tidak sama dengan mereka pasti dituduh sesat, lebih lagi karena Imam Nawawi adalah seorang Ulama Sufi dan beraqidah Asy’ari, fitnah ini telah dilemparkan oleh Wahabi terhadap semua Ulama Sufi dan beraqidah Asy’ari atau Maturidi, semua di cap sebagai ahlu bid’ah sesat, semoga Allah melindungi semua penegak Islam.

[2]. Tuduhan bahwa Imam Nawawi telah bertaubat dari aqidah Asy’ari ke aqidah Salafi Wahabi, bukan Salafi murni, karena tidak ada takfiri antara Salaf dan Khalaf, fitnah ini bersumber dari sebuah rekayasa pembenci Imam Nawawi lewat lembaran-lembaran kitab rekayasa yang dinisbahkan kepada Imam Nawawi yang katanya “beliau sempat bertaubat dari aqidah Asy’ari dan kembali ke aqidah Salaf kira-kira dua bulan sebelum beliau wafat, dan sempat menulis kitab tentang aqidah Ulama Salaf serta mencela Asya’irah,
Tapi kitabnya hilang dan yang tersisa hanya satu Juzuk/Jilid yang membahas tentang -Kalamullah Huruf dan Suara-” sehingga jilid itu disebut جزء الحروف والأصوات” -Juzk Huruf Wal Ashwat- atau -Juzk Fil Huruf Wal Ashwat- atau جزء فيه ذكر اعتقاد السلف في الحروف و الأصوات -Juzk Fi Hi Dzikru I’tiqod Salaf Fil Huruf Wal Ashwat-" dan kitab rekayasa itu di tahqik oleh pentahkiq Wahabi yaitu “Abu Fadhl Ahmad Ibnu Ali ad-Dimyati”, agar penyamaran itu sempurna dan terkesan benar adanya, serta menumbuhkan keragu-raguan pada pengikut Ahlu Sunnah Waljama’ah yang beraqidah Asy’ari, Na’uzubillah min dzalik.

Sekilas Tentang Kitab Rekayasa Yang Dinisbatkan Kepada Imam Nawawi

Kitab rekayasa tersebut dibuat seolah-olah Imam Nawawi menulis ringkasan [ikhtishar] dari dua kitab berbeda yakni kitab Ghoyatul Marom Fi Mas-alatil Kalam غاية المرام في مسألة الكلام” katanya itu kitab Syaikh Fakhruddin Abu Abbas Ahmad Ibn Hasan Ibn Utsman al-Armawi asy-Syafi’i, dan dari kitabnya Imam Nawawi sendiri yakni kitab at-Tibyan Fi Adabi Hamlatil Qur’anالتبيان في آداب حملة القرآن sehinggah kitab kebohongan itu terdiri dari dua bagian, dan insyaallah akan kami jelaskan dibawah mana yang dari kitab Ghoyatul Marom dan mana yang dari at-Tibyan. Kitab dusta tersebut terdiri dari Muqaddimah dan 18 [delapan belas] pasal, yaitu:

(1). Tentang huruf dan apakah ia qadim atau hadits. (2). Tentang Kalam Allah. (3). Tentang itsbat harf bagi Allah ta’ala. (4). Tentang itsbat suara bagi Allah ta’ala. (5). Tentang bahwa qiraah itu dibacakan dan bahwa kitabah itu dituliskan. (6). Tentang bahwa Kalam Allah itu didengarkan. (7). Tentang Hadits-hadits yang menguatkan bahwa Kalam Allah itu didengarkan. (8). Tentang wajib hormati Al-Quran. (9). Tentang haram Tafsir Al-Quran tanpa ilmu. (10). Tentang haram ragu dan jidal pada Al-Quran dengan cara yang tidak benar. (11). Tentang tidak dilarang kafir mendengar Al-Quran dan dilarang menyentuhnya. (12). Tentang menulis Al-Quran pada bejana lalu disirami air dan diberikan ke orang sakit. (13). Tentang menghias dinding dan pintu dengan Al-Quran. (14). Tentang sunnah menulis mushaf. (15). Tentang tidak boleh menulis Al-Quran dengan najis. (16). Tentang wajib menjaga mushaf dan menghormatinya. (17). Tentang haram terhadap orang berhadats menyentuh mushaf dan membawanya. (18). Tentang melarang anak-anak dan orang gila membawa mushaf.

Dari dua bagian kitab rekayasa ini disebutkan bahwa bagian pertama yaitu tujuh Pasal awal mulai dari [Tentang huruf dan apakah ia qadim atau hadits.] sampai akhir [Tentang Hadits-hadits yang menguatkan bahwa Kalam Allah itu didengarkan.] itu diringkas dari kitab Ghoyatul Marom Fi Mas-alatil Kalamkarya Syaikh Fakhruddin Abu Abbas Ahmad Ibn Hasan Ibn Utsman al-Armawi asy-Syafi’i, dan bagian kedua yaitu sebelas Pasal selanjutnya mulai dari [Tentang wajib hormati Al-Quran.] sampai akhir [Tentang melarang anak-anak dan orang gila membawa mushaf.] itu ringkasan dari kitab Imam Nawawi sendiri yakni kitab at-Tibyan Fi Adabi Hamlatil Qur’an.

Skenario yang hampir bisa dibilang sempurna, mencampurkan yang haq dengan yang batil, agar yang batil sekilas terlihat haq, tapi Allah akan selalu menolong para penegak Agama, maka dengan cepat rekayasa dan tipuan itu bisa kita ketahui, fitnah dan cerita dusta Salafi Wahabi itu pasti akan di tampakan juga oleh Allah Azza wajalla. Baca tipuan yang lain : (10 kitab yang di palsukan wahabi)

Alasan Menolak penisbatan Kitab Rekayasa [Juzk Fil Huruf Wal Ashwat] Kepada Imam Nawawi

[1]. Bahwa Syaikh Fakhruddin Abu Abbas Ahmad Ibn Hasan Ibn Utsman al-Armawi asy-Syafi’i ini orang tidak dikenal bahkan tidak pernah ada sama sekali dalam jajaran Ulama Syafi’iyyah dalam kitab mana pun, bahkan lagi pentahqik kitab itu pun tidak kenal dengan Abu Abbas al-Armawi ini, tidak mungkin orang yang dipuji setinggi langit oleh Imam Nawawi dalam kitab itu tidak tercatat dalam sejarah, apalagi dalam peristiwa sebesar ini [seandainya itu benar adanya], tapi jangankan kehidupannya, kuburnya pun tidak ada, benar-benar ini tokoh fiktif belaka.

[2]. Bahwa kitab rekayasa “Ghoyatul Marom Fi Mas-alatil Kalam” karya Abu Abbas al-Armawi tersebut tidak pernah ada sama sekali, hanya kitab fiktif, karena orang nya memang tidak pernah ada, bagaimana mungkin Imam Nawawi meringkas kitab yang tidak pernah ada itu.

[3]. Bahwa Imam Nawawi tidak punya guru yang bernama Abu Abbas al-Armawi, bahkan dalam kitab rekayasa itu sendiri, pentahqik lupa menambah Abu Abbas al-Armawi dalam jajaran guru Imam Nawawi.

[4]. Bahwa aqidah Ulama salaf bukan seperti tersebut dalam kitab rekayasa itu, tapi Tafwidh ma’at Tanzih atau Takwil Ijmali tanpa Takyif, Tasybih dan Ta’thil, itu Manhaj Taymiyyin yang belum ada masa Imam Nawawi.

[5]. Bahwa dalam kitab Biografi Imam Nawawi tidak pernah ada sejarah bahwa Imam Nawawi pernah menulis kitab rekayasa tersebut yakni [Juzk Fil Huruf Wal Ashwat].

[6]. Bahwa tidak disebutkan siapa penemu kitab rekayasa itu dan kapan ditemukannya, tidak ada murid atau keluarga atau Ulama semasa Imam Nawawi yang tau adanya kitab itu, dan baru ketahuan setelah ribuan tahun kemudian saat kitab itu ada ditangan pentahqik Wahabi yakni Abu Fadhl Ahmad Ibnu Ali ad-Dimyati, dan kemungkinan besar inilah biang fitnah ini.

[7]. Bahwa banyak pembesar Wahabi juga tidak percaya dengan keberadaan kitab rekayasa itu, hingga Imam Nawawi di cap sesat karena beliau seorang Sufi beraqidah Asy’ari.

[8]. Bahwa Abu Fadhl Ahmad Ibnu Ali ad-Dimyati selaku pentahqik sekaligus “penemu” kitab rekayasa  itu adalah pembenci Imam Nawawi dan anti Sufi juga anti Asy’ari.

[9]. Bahwa Abu Fadhl Ahmad Ibnu Ali ad-Dimyati adalah orang pikun hingga nampak kedustaannya yaitu salah menetapkan tanggal dalam kitab rekayasa itu, dalam Muqaddimah ia sebutkan bahwa kitab itu selesai ditulis oleh Imam Nawawi pada Kamis 3 Rabiul Akhir 676 H [في الخميس الثالث من شهر ربيع الآخر سنة 676 هـ] tapi pada akhir kitab ia sebutkan kitab itu selesai pada Kamis 3 Rabiul Awwal 676 H [الخميس الثالث من شهر ربيع الأول سنة ست وسبعين وستمائة.]

[10]. Bahwa Abu Fadhl Ahmad Ibnu Ali ad-Dimyati juga melakukan kesalahan ketika mentahqik mengubah ibarat dari dasar nya (فرغنا منه صبيحة الخميس) menjadi (فرغنا من نسخه الخميس). Sudah cukup alasan untuk tidak menerima penisbahan kitab rekayasa tersebut kepada Imam Nawawi, tapi lebih layak kitab itu dinisbahkan kepada Abu Fadhl Ahmad Ibnu Ali ad-Dimyati selaku pentahqik sekaligus “penemu” kitab itu.

Semua fitnah Salafi Wahabi yang timbul di setiap masa pasti telah dijawab oleh Ulama pada masa itu, karena memang sudah menjadi kewajiban atas Ulama untuk terus menjaga kemurnian Islam, dan kemuliaan Ulama Ahlu Sunnah Waljama’ah, apalagi yang dicela oleh Wahabi adalah Ulama sekelas Imam Nawawi, seorang pendekar Madzhab Syafi’i, kasus dan modus seperti ini bukan pertama kali terjadi tapi sudah terjadi sebelumnya dan akan terjadi setelahnya juga.

Tidak Berhasil membuat Tipuan Dari Kitab Imam Nawawi BOM-pun Meledak

Karya-karya Imam Nawawi telah menjadi rujukan Ummat Islam di seluruh dunia, bahkan salafi wahabi sendiri kerap menukil pendapat Imam Nawawi sebagai dalal. Maka tentu saja para Ulama sudah mengetahui bagaimana biografi beliau, baik dari guru, semua karyanya, hingga keagungan kapasitas Ilmu beliau “Imam Nawawi” sehingga memang tidak bisa dipalsukan, apapun yang berkaitan dengan beliau. Indikasi penyesatan Ulama Wahabi terhadap Imam Nawawi tidak sedikitpun menurunkan derajat dan martabat Imam Nawawi.

Seandainya Imam Nawawi masih Hidup, tentu kelompok wahabi ini akan menculik dan menyiksa beliau dengan keji, sehingga kedengkian wahabi tersalurkan atas kebenciannya terhadap Imam Nawawi. Alhasil karena Imam Nawawi sudah tiada dan karyanya-pun masih dijadikan Rujukan oleh Ummat Islam dunia. Maka wahabi menggerakkan Tim radikal-nya yang ber-label ISIS untuk menghancurkan Makam Beliau Al-Alim Imam An-Nawawi Rahimahullah, Dengan mengebom makam Imam Nawawi (baca : Makam Imam Nawawi Di Bom Oleh Wahabi) mungkin sedikit terobati hatinya, dan sekaligus menjalankan misi Zionisme. Lanjutkan baca pada : Menghapus Madzhab Langkah Menuju Kemenangan Yahudi

Wallahu A’lam.
© Post Original & Official®
 █║▌│█│║▌║││█║▌║▌║
Verified Official by Soffah.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar