SELAMAT DATANG PARA SAHABAT BLOGGER DI BLOG SEDERHANA KAMI "MP" DAARUTTHOLABAH79.BLOGSPOT.COM.BLOG DARI SEORANG WNI YANG BERHARAP ADA PEMIMPIN DI NEGERI INI,BAIK SIPIL/MILITER YANG BERANI MENGEMBALIKAN PANCASILA DAN UUD 1945 YANG MURNI DAN KONSEKUEN TANPA EMBEL-EMBEL AMANDEMEN SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP RAKYAT INDONESIA...BHINNEKA TUNGGAL IKA JADI KESEPAKATAN BERBANGSA DAN BERNEGARA,TOLERANSI DAN KESEDIAAN BERKORBAN JADI CIRINYA...AMIIN

Selasa, 09 Agustus 2016

GELAR PAHLAWAN UNTUK KH.ABDUL WAHAB HASBULLAH

 
Menjelang peringatan Hari Pahlawan tahun 2014 yang telah lalu, empat orang tokoh bangsa Indonesia telah mendapatkan penganugerahan gelar Pahlawan nasional. penganugerahan Gelar pahlawan nasional itu diberikan pada Jumat 7 November 2014.
Menteri Sosial (Mensos), Khofifah Indar Parawansa, menyatakan keempat tokoh bangsa akan
mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Menteri Koordinator (Menko) Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam), Tedjo Edhi Purdijatno.
“Letnan TNI Pur. Djamin Ginting, Sukrin Kartodiwirjo, Mayjend Purn, HR Mohammad Mangundiprojo dan pendiri NU KH Abdul Wahab Hasbullah,” papar Mensos Khofifah Indar Parawansa.
Menurut dia, pemilihan nama-nama pejuang yang mendapatkan tanda jasa ini dilakukan melalui rapat pleno dari dewan gelar pahlawan nasional
Kabar dipilihnya tokoh NU KH Wahab Hasbullah sebagai Pahlawan Nasional, diakui salah satu putra KH Wahab Hasbullah, yakni KH Hasib Wahab.

Menurut Gus Hasib – panggilan KH Hasib Wahab – kabar bahwa Kiai Wahab telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Pusat berasal dari Kementerian Sosial (Kemensos).
Khofifah yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat NU mengundang ahli waris ke Istana Negara Jakarta, tanggal 8 November 2014 untuk menerima Surat Keputusan (SK) Presiden tentang penetapan Kiai Wahab sebagai Pahlawan Nasional.
“Enam anaknya Mbah Wahab yang masih hidup diundang semua, salah satunya saya,” ujarnya, Rabu 5 November 2011.
Dikatakan salah satu Pengasuh Ponpes Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, Kiai Wahab memang sangat layak mendapat gelar Pahlawan Nasional. Selain merupakan salah satu pendiri NU, Kiai Wahab juga banyak berkontribusi dalam perjuangan, baik sebelum kemerdekaan Republik Indonesia maupun sesudah kemerdekaan.
Bahkan sebelum mendirikan NU bersama KH Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab mendirikan Madrasah yang diberi nama Nahdlatul Wathan, yang berarti Bangkitnya Tanah Air.
“Pendirian Nahdlatul Wathan ini merupakan bukti dari cita-cita Mbah Wahab untuk membebaskan bangsa dari penjajahan kolonial Belanda,” tegasnya.
Tidak hanya itu, ketika fatwa Resolusi Jihad dikeluarkan Rois Akbar PBNU KH Hasyim Asy’ari, dalam pertemua ulama dan konsul-konsul NU se-Jawa dan Madura, di kantor PB Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO) di Jalan  Bubutan VI/2 Surabaya pada 22 Oktober 1945, Kiai Wahab yang waktu itu menjadi Khatib Am PBNU bertugas mengawal implementasi dan pelaksanaan di lapangan.
Fatwa tersebut akhirnya menjadi pemantik pertempuran heroik 10 November, untuk mengusir Belanda yang ingin kembali menjajah dengan cara membonceng NICA alias Sekutu.
“Jadi, gelar Pahlawan Nasional memang sangat layak diberikan untuk Mbah Wahab,” imbuh Gus Hasib.
Apalagi usulan nama Kiai Wahab yang lahir di Jombang, 31 Maret 1888 dan wafat 29 Desember 1971, sebagai Pahlawan Nasional sebenarnya sudah dilakukan cukup lama. Gus Hasib menyebut, usulan pertama pada tahun 1989 atau ketika masa Orde Baru. Karena macet, akhirnya usulan kedua disampaikan tahun 2012 lalu.
“Yang mengusulkan Pemkab Jombang, PBNU Pusat, dan PCNU Jombang, juga para keluarga, kiai, dan ulama semua,” tukasnya.
Dari usulan tersebut, telah dilakukan beberapa kali seminar, uji publik, dan kajian sejarah untuk menguji layak tidaknya Kiai Wahab menjadi Pahlawan Nasional, dilihat dari peran sebelum, ketika maupun sesudah kemerdekaan. Mereka yang mengulas, antara lain, sejarawan Prof Anhar Gonggong, sejarawan NU Choirul Anam, dan PBNU.
“Nah, hasil kajian secara akademik dan ilmiah, kesimpulannya beliau memang layak ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional,” tegas Gus Hasib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar