SELAMAT DATANG PARA SAHABAT BLOGGER DI BLOG SEDERHANA KAMI "MP" DAARUTTHOLABAH79.BLOGSPOT.COM.BLOG DARI SEORANG WNI YANG BERHARAP ADA PEMIMPIN DI NEGERI INI,BAIK SIPIL/MILITER YANG BERANI MENGEMBALIKAN PANCASILA DAN UUD 1945 YANG MURNI DAN KONSEKUEN TANPA EMBEL-EMBEL AMANDEMEN SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP RAKYAT INDONESIA...BHINNEKA TUNGGAL IKA JADI KESEPAKATAN BERBANGSA DAN BERNEGARA,TOLERANSI DAN KESEDIAAN BERKORBAN JADI CIRINYA...AMIIN

Kamis, 14 April 2016

KH AHMAD BASYIR KUDUS

Ulama Kharismatik Kudus, KH Ahmad Basyir (Mbah Basyir) Wafat

Innalillahi wainna ilaihi raajiuun, ulama kharismatik yang juga Pengasuh Pesantren Darul Falah Jekulo, Kudus , Jawa Tengah, KH Ahmad Basyir wafat Selasa (18/3), pukul 00.10 WIB di Rumah Sakit Islam Kudus.
Menurut rencana, jenazah Mustasyar PCNU Kudus tersebut akan dimakamkan Selasa hari ini pukul 14.00 di pemakaman umum Dusun Kauman, Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo.
ribuan pelayat sudah memenuhi kediaman almarhum di Dukuh Mbareng, Jekulo Kudus. Bahkan sejak Selasa pagi , para pelayat sudah menshalati jenazah almarhum secara bergelombang di komplek pesantren Darul Falah setempat.
Sekretaris MWCNU Kecamatan Jekulo H Zusni Anwar mengatakan, KH Ahmad Basyir merupakan sosok ulama kharismatik yang memiliki ribuan santri. Ulama yang sering disapa Mbah Basyir ini juga dikenal sebagai guru dan pemberi ijazah (mujiz) Dalailul Khairat.
Banyak para santri kudus dan luar kudus yang nyantri di situ. 
Hampir semua Tokoh NU, juga Tokoh Nasional mengenal Beliau.
Berikut Biografi KH Ahmad Basyir (Mbah Basyir) Pengasuh pondok pesantren Darul Falah,Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo, Kudus

 

Salah satu pondok pesantren besar di Kabupaten Kudus adalah pondok pesantren Darul Falah. Pesantren salaf yang terkenal dengan Thariqah Dalail al-Khairat ini berlokasi di  Desa Jekulo, Kecamatan Jekulo, Kudus. Wilayah Kecamatan Jekulo termasuk dalam wilayah “Kudus Wetan”. Pondok pesantren yang didirikan oleh KH Ahmad Basyir pada tahun 1970 ini memegang teguh ajaran Dalail al-Khairat dengan ciri khas puasa bertahun-tahun. Pondok pesantren Darul Falah memiliki motto “Njiret Weteng, Nyengkal Mata” yang memiliki makna ''Masa muda bersusah payah, maka pada saat tua akan menemukan kesuksesan. Sengsara itu berati berani lapar, berani bangun tengah malam, dalam artian untuk belajar.'' Motto kalimat ini bersumber dari petuah Sunan Kalijogo dalam salah satu Kitab Jawa yang menyerukan para santrinya untuk berperilaku prihatin dan bersahaja (tidak mementingkan kenikmatan lahiriah). Ajaran tersebut menjadi salah satu dasar dari ajaran Dalail al-Khairat yang dikembangkan di pesantren Darul Falah. Dalail al-Khairat adalah salah satu ijazah dengan ciri khas puasa bertahun-tahun, yang di kalangan masyarakat awam dikenal dengan sebutan puasa dalail. Ijazah Dalail al-Khairat ini pula yang menjadi ciri khas Pesantren Darul Falah.Santri-santri yang belajar di Pesantren Darul Falah ini berasal dari berbagai daerah, yaitu: Kudus, Jepara, Demak, Kendal, Cirebon, Jakarta, Tangerang, Banten, dan sejumlah kota di Sumatera. Pesantren Darul Falah menerapkan metode pembelajaran perpaduan antara sistem tradisional dan sistem modern. Penggunaan sistem tradisional, berlangsung pada proses pengkajian kitab salaf dengan cara bandongan dan sorogan. Metode modern diadopsi dengan adanya pengelompokan santri sesuai dengan tingkat kemampuannya.Dalam perkembangannya pada tahun 2004 untuk memudahkan pengelolaan, kepengurusan pondok pesantren dipecah menjadi empat, yakni Darul Falah I, II, III, dan IV. Darul Falah I dan II diperuntukan bagi santri putra, sedangkan Darul Falah III dan IV untuk santri putri. Kegiatan belajar para santri terdiri atas kegiatan harian, mingguan, dan selapanan atau bulanan. Kegiatan harian meliputi program tahfidh Alquran untuk santri putri, jamaah shalat, tadarus, kajian kitab sekolah pagi, musyawarah wajib, musyafahah Alquran, takhashshush An-Nasyri dan diakhiri qiyam al-lail.Salah satu jargon yang sangat Terkenal dari KH. Basyir (Mbah Kung) adalah petuah beliau yakni “dadi santri iku kudu sabar, ngalah, nrimo, loman”. Bagi para santri jargon tersebut memiliki nilai filosofis yang sangat dalam mengingat tirakat dan riyadhah yang sehari-harinya mereka alami di ponpes Darul Falah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar