SELAMAT DATANG PARA SAHABAT BLOGGER DI BLOG SEDERHANA KAMI "MP" DAARUTTHOLABAH79.BLOGSPOT.COM.BLOG DARI SEORANG WNI YANG BERHARAP ADA PEMIMPIN DI NEGERI INI,BAIK SIPIL/MILITER YANG BERANI MENGEMBALIKAN PANCASILA DAN UUD 1945 YANG MURNI DAN KONSEKUEN TANPA EMBEL-EMBEL AMANDEMEN SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP RAKYAT INDONESIA...BHINNEKA TUNGGAL IKA JADI KESEPAKATAN BERBANGSA DAN BERNEGARA,TOLERANSI DAN KESEDIAAN BERKORBAN JADI CIRINYA...AMIIN

Sabtu, 23 Juli 2016

KETUPAT,SIMBOL NGAKU LEPAT

ketupat

(Foto: goodnewsfromindonesia.org)
ALLAHU AKBAR, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lilla ilhamd. Takbir telah bergaung dikumandangkan, pertanda umat Islam merayakan hari kemenangan. Pada momen Lebaran seperti ini, ada saja menu khas daerah yang disuguhkan. Dan di Jawa Tengah, penganan ketupat menjadi satu menu yang khas dihidangkan. Tapi tahukah Anda jika ketupat menyimpan nilai filosofi nan abadi?
Mulai dari bahan pembuatan ketupat, yakni beras dan janur, menyimpan satu makna yang adiluhung. Beras menyimbolkan nafsu dunia, sementara janur yang merupakan kependekan dari “jatining nur” menyimbolkan hati nurani. Dalam kata lain, ketupat menyimbolkan nafsu dunia yang bisa ditutupi oleh hati nurani. Atau, setiap manusia memiliki hawa nafsu, tetapi nafsu itu bisa dikekang oleh hati nurani.
Dan inilah yang telah dilakukan umat Muslim selama bulan Ramadhan. Mengekang nafsu untuk makan, minum, menahan diri dari amarah dan segala keindahan semu duniawi. Ketupat juga dimaknai sebagai “ngaku lepat” atau mengakui kesalahan. Tradisi sungkeman memohon maaf kepada orang tua dan sanak kerabat adalah satu bentuk dari “ngaku lepat“.
Bentuk ketupat yang segi empat juga dimaknai sebagai perwujudan kiblat papat limo pancer. Maknanya, keseimbangan alam dalam empat arah mata angin, pada akhirnya tetap bertumpu pada satu pusat yakni kiblat. Artinya, ke manapun manusia melangkah, jangan pernah sekalipun ia melupakan tujuan yang hakiki yakni Tuhan Yang Maha Esa.
Ketupat yang biasa dihidangkan dengan opor, ternyata menyimpan filosofi khusus. Santan (bahasa Jawa=santen) yang menjadi kuah opor menjadi simbol permohonan maaf atau pangapunten.
Inilah sebuah tilas para wali yang terus terlestarikan meski zaman tak henti berganti.
(Fadhil/CN41/SMNetwork)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar