SELAMAT DATANG PARA SAHABAT BLOGGER DI BLOG SEDERHANA KAMI "MP" DAARUTTHOLABAH79.BLOGSPOT.COM.BLOG DARI SEORANG WNI YANG BERHARAP ADA PEMIMPIN DI NEGERI INI,BAIK SIPIL/MILITER YANG BERANI MENGEMBALIKAN PANCASILA DAN UUD 1945 YANG MURNI DAN KONSEKUEN TANPA EMBEL-EMBEL AMANDEMEN SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP RAKYAT INDONESIA...BHINNEKA TUNGGAL IKA JADI KESEPAKATAN BERBANGSA DAN BERNEGARA,TOLERANSI DAN KESEDIAAN BERKORBAN JADI CIRINYA...AMIIN

Kamis, 05 Mei 2016

PESAN GUS MUS

Gus Mus : Mari Kembalikan Kemandirian NU & Pesantren

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Pin on PinterestEmail this to someone
Tremas : Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri kembali mengajak para  kyai dan Aktivis NU untuk menjaga dan mengawal nilai-nilai dan norma-norma desa seperti kemandirian, gotong-royong, solidaritas, dan kerukunan.
“Jangan hanya mengawal Undang-Undang Desa saja melainkan juga jaga tradisi dan normanya,” katanya  saat menyampaikan pidato kunci dalam acara silatrahmi kyai & Aktifis NU bertema Muslim Nusantara Tradisional Bagi Masa Depan Indonesia yang diselenggarakan oleh Majma’ Buhuts An Nahdliyah , bertempat di Aula Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan Sabtu (22/11) siang.
Gus Mus, sapaan KH. Mustofa Bisri, menyatakan bahwa Rasulullah SAW telah banyak mengajarkan ajaran dan keteladanan yang bisa menjadi cermin melaksanakan nilai-nilai desa tersebut. Mengutip hadits tentang memulyakan tamu, Gus Mus, orang desa yang masih mempraktekkannya.
“Berbeda orang kota, baru datang belum apa-apa sudah ditanyakan KTP-nya.  Termasuk memberikan simpati kepada orang mati, hanya orang desa yang masih bertahan,”ujar Gus Mus menyindir.
Pendiri NU, kata pengasuh pengasuh pesantren Roudlotuttolibin Leteh rembang ini, mempunyai keinginan mendesakan kota dalam artian menanamkan nilai-nilai dan norma. Dengan demikian,  orang kota sikap dan prilaku bisa seperti orang desa.
beliau juga menyindir pesantren era masa kini yang tidak lagi menampakkan kemandirianya, padahal pesantren sejak zaman dahulu mempunyai kekuatan dari dalam yakni qonaah dan tidak mengenal istilah proposal untuk mengharapkan bantuan dari pihak lain.
“Mari kita kembalikan kemandirian NU dan kemandirian pesantren”ajak beliau.
Sebelumnya, digelar diskusi yang disampaikan oleh KH. Yahya Cholil Tsaquf, KH. Abdul Ghofur Maimun dan KH. Dian Nafi’. Dalam diskusi tersebut disampaikan beberapa tema, diantaranya Tasawwuf Berbasis Sosial Pembentuk Masyarakat Muslim Nusantara, Masa Depan Muslim Nusantara Tradisional dan Tantangan Masa Depan Bagi Khidmah Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar